Bacaan Akhir Pekan: Memahami Trauma Tionghoa-IndonesiaRekomendasi dari Eben Haezar Terlahir menjadi Tionghoa-Indonesia bukanlah hal mudah. Sejak pemerkosaan massal Mei 1998 yang menciptakan trauma besar dalam diri, setidaknya ada saja pernyataan atau peristiwa politik yang menunjukkan posisi Tionghoa-Indonesia masih sangat rentan. Misalnya, pada 2016, demonstrasi besar-besar bernuansa anti-Tionghoa yang diarahkan kepada Ahok. Dan sesaat setelahnya, Anies menggunakan istilah “pribumi” dan “non-pribumi” dalam pidatonya. Lahirnya rezim Prabowo Subianto yang merupakan mantan menantu Soeharto, dan diduga terlibat dalam penghilangan paksa sejumlah aktivis 1998. Pernyataan Yusril Ihza Mahendra bahwa Mei 1998 bukan merupakan bentuk pelanggaran HAM berat, hingga Fadli Zon menyatakan pemerkosaan Mei 1998 adalah “rumor”.
Rekomendasi bacaan pekan ini merupakan tulisan dari Sylvie Tanaga, penulis dan penyunting lepas dengan minat utama mengenai Tionghoa di Indonesia. Tulisan Sylvie untuk Project Multatuli berfokus kepada trauma identitas sebagai Tionghoa-Indonesia. Diskriminasi struktural dan rasisme historis yang sudah terjadi sejak masa Orde Baru dan menciptakan ketakutan kolektif dan trauma lintas generasi. Mari patungan untuk mengawasi kekuasaan agar tidak ugal-ugalan dengan #JadiKawanM.
|
Project M adalah gerakan jurnalisme publik yang melayani yang dipinggirkan dan mengawasi kekuasaan agar tidak ugal-ugalan. Langganan nawala kami untuk mendapatkan rekomendasi bacaan berbasis jurnalisme telaten. Dukung kami dengan menjadi Kawan M mulai dari Rp30 ribu per bulan.
Ironi jadi WNI: Tubuh politiknya diatur negara, sambil luntang-lantung tanpa perlindungan saat bekerja Rekomendasi dari Devina Heriyanto RUU KUHAP berpotensi melegitimasi kontrol represif negara atas tubuh masyarakat sipil melalui perluasan upaya paksa oleh kepolisian. Mengancam hak asasi manusia dan supremasi sipil. (Project M/Aan K. Riyadi) Pekan ini Project Multatuli menerbitkan tiga tulisan yang sekilas seperti tidak punya hubungan, tapi membuat saya berpikir soal ironi menjadi warga...
Mempertahankan martabat di tengah empasan kekalahan Catatan di balik layar dari Devina Heriyanto, Manajer Membership Tampak dari kejauhan pabrik pengolahan (smelter) nikel di Kawasan Industri Pulau Obi, Provinsi Maluku Utara. (Project M/Rabul Sawal) Pekan lalu, Project Multatuli mendapatkan penghargaan honorable mention dari SOPA Awards 2025 untuk kategori "Excellence in Indonesian News Reporting". Penghargaan ini diberikan atas liputan data Alfian Putra Abdi yang mengulik...
Papua Bukan Tanah Kosong: Ketika Hutan Ditebang, Jantung Saya Berhenti Rekomendasi dari Fahri Salam Monica Ndiken (kiri) dan Rosita Tecuari (kanan) berpose di sisi spanduk bertulisan “Tolak PSN Merauke” pada acara Solidaritas Merauke, Maret 2025, di Petrus Vertenten MSC Center, Kabupaten Merauke. (Project M/Permata Adinda) Permata Adinda merekam percakapan pengalaman mama-mama Papua yang memorinya dirampas negara, yang tubuhnya diambil paksa oleh tentara, yang tanah dan kekayaan mereka...