Bacaan Akhir Pekan: Siapa yang Mencuci Piring Kotor dalam Gerakan Sosial?Rekomendasi dari Devina Heriyanto Waktu pertama kali seluruh tim dan rekan-rekan Project Multatuli bertemu secara fisik pada Oktober 2021 --setelah sebelumnya hanya lewat virtual karena pandemi COVID--, kami merayakannya dengan potong tumpeng dan makan-makan bersama di atap gedung kantor. Selepas pesta, saya dan jurnalis Project M, Permata Adinda, ketiban sial untuk mencuci puluhan piring, mangkuk, dan alat makan kotor setelah tamu-tamu pulang. Kejadian itu cukup berbekas sehingga muncul peraturan bahwa ke depannya, setiap orang harus mencuci alat makan mereka sendiri. Kemudian hari, kami membayar jasa bersih-bersih dari Mbak Erni, yang sudah lama bekerja di Yayasan Pantau, yang juga beraktivitas di gedung kantor yang sama dan Pak Achuk. Dalam esai berjudul "Membersihkan Piring Kotor: Merawat untuk Melawan dan Menjaga Keberlangsungan Gerakan Sosial", Nurdiyansah Dalidjo merenungkan soal arti kerja-kerja perawatan (care work) dalam sebuah gerakan sosial. Baik dalam bentuk langsung atau tidak langsung, berbayar atau tidak berbayar, kerja-kerja perawatan yang sesungguhnya esensial dalam kehidupan kita sebagai manusia --bukan cuma dalam konteks gerakan sosial-- sering kali jadi sesuatu yang tidak terlihat, kurang diapresiasi, atau malah, dianggap remeh. Yang menarik, Diyan juga memaparkan perbedaan self-care (perawatan diri) yang mungkin lebih populer dalam perbendaharaan kata masa kini dengan perawatan kolektif. Jika perawatan diri berfokus pada individu sehingga bisa membuat orang merasa teralienasi atau merasa gagal ketika tidak mencapat ideal tertentu, perawatan kolektif "mendesak kita untuk membangun keterhubungan: melihat kerja perawatan sebagai perihal yang diupayakan sekaligus tanggung jawab bersama komunitas/organisasi/gerakan, termasuk kesehatan mental." Diyan juga mengkritik kecenderungan donor dalam sektor pembangunan yang cenderung menomorduakan jika tidak sama sekali mengabaikan kerja-kerja perawatan dalam gerakan sosial. "Karena ketergantungan organisasi pada lembaga donor, yang mengabaikan kerja perawatan, maka organisasi itu sangat terbatas atau bahkan tidak punya sumber daya dalam mendukung perawatan kolektif," tulisnya. Esai ini mengingatkan saya untuk lebih mengapresiasi kerja-kerja perawatan yang mungkin lebih sering tidak tampak di gerakan sosial karena terjadi di balik layar.
Menurut kerangka keberlangsungan dari Lion Publishers, keberlangsungan sebuah organisasi media merupakan titik temu dari tiga aspek penting: dampak jurnalistik, ketahanan organisasi, dan kesehatan finansial. Kurang satu saja, sebuah media bisa berakhir jadi tidak efektif, bangkrut, atau burned out. Diyan adalah orang yang melakukan kerja-kerja perawatan di Project M. Diyan sebagai manajer tim membersihkan piring kotor kami, menjaga bahwa tiap liputan aman dan semua kontribusi mendapatkan remunerasi sesuai, dan yang paling penting, mencegah kami agar tidak angus di tengah tuntutan pekerjaan. Terima kasih untuk Diyan dan semua orang yang sudah ikut menjaga gerakan sosial dengan melakukan kerja-kerja perawatan. Baca juga:Sudah tiga tahun sejak Project Multatuli pertama kali meluncurkan program membership pada November 2021. Lewat program keanggotaan pembaca ini, kami berharap bisa membangun kembali kepercayaan publik terhadap media dengan komitmen untuk mendengarkan masukan dari pembaca. Saat ini, ada 495 Kawan M yang sedang mendukung kami secara aktif. Mari bantu gerakan jurnalisme publik yang diusung Project Multatuli agar tetap bisa bertahan di iklim demokrasi yang terus-menerus digerus kekuasaan yang ugal-ugalan.
|
Project M adalah gerakan jurnalisme publik yang melayani yang dipinggirkan dan mengawasi kekuasaan agar tidak ugal-ugalan. Langganan nawala kami untuk mendapatkan rekomendasi bacaan berbasis jurnalisme telaten. Dukung kami dengan menjadi Kawan M mulai dari Rp30 ribu per bulan.
Kriminalisasi Demonstran May Day 2025: Darurat Kekerasan Aparat & Revisi KUHAP Rekomendasi dari Project Multatuli Cho Yong Gi yang tergabung dalam tim paramedis dianiaya dan ditangkap polisi saat hendak menolong peserta aksi May Day 2025 di Jakarta yang menjadi korban kekerasan polisi. (Sumber: Istimewa) Pada aksi damai May Day 2025, 14 anak muda menjadi korban kekerasan dan kriminalisasi oleh polisi. Mereka dituduh sebagai provokator, ditangkap, dan hak mereka untuk mendapat pendampingan...
Ekspansi Industri Bauksit di Bintan: Mengancam Penghidupan Suku Laut dan Pariwisata Rekomendasi dari Devina Heriyanto Seorang pria hendak menombak ikan yang terjebak air laut surut di perairan tercemar lumpur reklamasi PT Bintan Alumina Indonesia (BAI)/PSN KEK Galang Batang, Bintan yang tampak di latar belakang. (Project M/Andaru KZ) Bintan, Kepulauan Riau, cukup dikenal sebagai tujuan pariwisata berkat pantai pasir putih dan lanskap pesisirnya yang memukau. Pulau itu dan daerah sekitarnya...
Ironi jadi WNI: Tubuh politiknya diatur negara, sambil luntang-lantung tanpa perlindungan saat bekerja Rekomendasi dari Devina Heriyanto RUU KUHAP berpotensi melegitimasi kontrol represif negara atas tubuh masyarakat sipil melalui perluasan upaya paksa oleh kepolisian. Mengancam hak asasi manusia dan supremasi sipil. (Project M/Aan K. Riyadi) Pekan ini Project Multatuli menerbitkan tiga tulisan yang sekilas seperti tidak punya hubungan, tapi membuat saya berpikir soal ironi menjadi warga...