Dari Prabowo dan Jokowi kita belajar: ‘Toxic positivity’ bermodal AIRekomendasi dari Devina Heriyanto Sebuah pengakuan: saya millennial yang masih tidak paham TikTok. Makanya, saat musim kampanye pemilihan presiden 2024 kemarin bergulir, saya bingung setengah mati kenapa sosok Prabowo Subianto yang dulunya adsfdfdsh (silakan terjemahkan sendiri) itu menjadi “gemoy”. Irma Garnesia menggali konten-konten Prabowo di TikTok dan menemukan pergeseran strategi kampanye Prabowo. Alih-alih berusaha membantah segala tudingan soal pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu, tim Prabowo langsung lompat ke pencitraan yang baru sama sekali, bahkan menjadi sosok yang mengedepankan persatuan – tanpa membahas siapa yang sebenarnya meruncingkan polarisasi masyarakat pada dua pemilihan presiden sebelumnya. Dengan menggunakan konten berbasis AI, tim Prabowo berhasil menciptakan jarak antara sosok yang dikenal dan kerap dibahas dalam diskusi soal 1998 dengan “cuddly grandpa” yang menarik hati anak muda sekarang. Bukan hanya membanjiri laman FYP dengan konten joget-joget, tim Prabowo berhasil mengaburkan sekaligus kabur dari kewajiban mempertanggungjawabkan sejarah atau bahkan membahas program-program kampanye. Tidak usahlah repot-repot datang ke debat atau diskusi publik dengan kemungkinan diserang sana-sini, ciptakan saja berbagai konten sendiri yang lebih efisien dan steril. Sebrilian apapun strategi ini tetap saja hanya sebuah topeng untuk menutupi mekanisme yang jauh lebih mencekam di baliknya: penggunaan alat negara untuk memenangkan Prabowo. “Jokowi adalah aktor sentralnya; dia mengunci kemenangan Prabowo Subianto, plus anak sulungnya Gibran Rakabuming, bahkan sebelum pertarungan dimulai,” tulis Irma.
Project Multatuli juga sedang menyiapkan liputan soal pemilihan kepala daerah dalam kolaborasi dengan beberapa media independen dari berbagai daerah. Jika kamu merasa gerakan jurnalisme publik yang diusung Project M penting, tolong dukung kami sebagai anggota mulai dari Rp30 ribu/bulan.
|
Project M adalah gerakan jurnalisme publik yang melayani yang dipinggirkan dan mengawasi kekuasaan agar tidak ugal-ugalan. Langganan nawala kami untuk mendapatkan rekomendasi bacaan berbasis jurnalisme telaten. Dukung kami dengan menjadi Kawan M mulai dari Rp30 ribu per bulan.
Gurita (Haji) Isam: Anak Emas Presiden, Punya Alat Gebuk Polisi dan Tentara Rekomendasi oleh Fahri Salam Andi Syamsuddin Arsyad alias (Haji) Isam adalah pengusaha batubara yang pada awalnya dikenal di tingkat kabupaten saja. Dia berbisnis dari kampung halamannya di Batulicin, Kabupaten Tanah Bambu, sekitar 6 jam perjalanan darat dari Ibu Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dari tambang batubara kemudian merambah ke bisnis sawit, usaha pengapalan hasil tambang, kontraktor tambang nikel...
Selamat Hari Buruh Sedunia! Kelas Pekerja, Mari Membaca, Melawan, Melawan! Rekomendasi dari Project Multatuli Kalau kamu membaca pesan ini, kemungkinan kamu adalah kelas pekerja, seperti kami di Project Multatuli yang menyiapkan tulisan ini. (Kecuali kamu intel.) Untuk menyambut Hari Buruh Sedunia (May Day), kami menyiapkan rekomendasi bacaan terkait isu perburuhan dan ketenagakerjaan. Sejak tahun pertama Project M berdiri, kami menaruh perhatian pada kesejahteraan pekerja yang seringkali...
Jejak Kelam Militer: Dari Bisnis Senjata, Pungli, hingga Impunitas Rekomendasi dari Project Multatuli DPR RI mengesahkan revisi UU TNI yang memberikan peran lebih pada militer dalam urusan sipil, menguatkan kendali presiden atas TNI, dan menaikkan batas usia pensiun. Kelompok masyarakat sipil menolak UU TNI yang baru karena berpotensi mengembalikan dwifungsi militer seperti zaman Orde Baru. Rekam jejak militer di Indonesia memang kelam dan penuh impunitas. Banyak kekerasan terjadi di masa...