Kisah Generasi Cemas di Lampung dan Sulawesi Selatan


Kisah Generasi Cemas di Lampung dan Sulawesi Selatan

Rekomendasi dari Devina Heriyanto

Bagaimana bisa kita merealisasikan Indonesia Emas, jika anak mudanya bagian dari Generasi Cemas?

Serial #GenerasiCemas menyoroti realitas di balik slogan “Bonus Demografi” yang sering jadi bahan fafifu dari pemerintah. Meski populasi usia produktif tinggi, tapi pemerintah tidak memberi keamanan kerja (job security) sehingga pekerja rentan di-PHK, diupah rendah, dan berada dalam kondisi prekariat sepanjang hidupnya. Pertumbuhan lapangan kerja yang mandek, juga deindustrialisasi prematur, telah menyebabkan surplus pekerja informal yang ngos-ngosan untuk sekadar bertahan hidup.

Sebelumnya, Project Multatuli sudah membahas realitas hidup anak muda yang sering bertolakbelakang dengan stereotipe yang ada di media populer dalam serial #UnderprivilegedGenZ dan #GenerasiBurnout. Seperti dua serial ini, serial #GenerasiCemas juga merupakan liputan yang dibiayai oleh pembaca yang mendukung kami sebagai Kawan M.

Generasi Cemas di Lampung: Susah Cari Kerja Bermodal Ijazah SMK

Oleh Derry Nugraha

Anak-anak muda di Lampung menghadapi dilema dalam mencari pekerjaan yang layak dan sejahtera. Eksploitasi tenaga kerja, upah rendah, dan minimnya jaminan sosial memaksa mereka pada dua pilihan: menerima kondisi tidak manusiawi atau mempertaruhkan nasib di negeri orang. Laporan ini adalah hasil kolaborasi kami dengan Konsentris.id, media alternatif independen di Lampung.

[Baca selengkapnya]

Generasi Cemas di Maros: Bekerja Tanpa Kontrak, Diupah Sangat Murah

Oleh Eko Rusdianto

Di Maros, sebuah kabupaten Sulawesi Selatan, anak-anak muda pontang-panting bekerja untuk sekadar bertahan hidup. Mereka bekerja dengan upah harian murah tanpa kontrak, tanpa jaminan masa depan.

[Baca selengkapnya]

Project Multatuli Kembali ke Makassar International Writers Festival!

Project M datang lagi ke Makassar, tepatnya ke Makassar International Writers Festival (MIWF) 2025, yang berlangsung selama 29 Mei – 1 Juni 2025. Kami terlibat dalam banyak sesi, mulai dari pameran karya seni yang merespon liputan tentang Proyek Strategis Nasional, diskusi tentang kebebasan pers, agama dan tanah, serta PSN, sampai penayangan film dokumenter “Trilogi Awyu”.

Kamu bisa mendaftar langsung lewat tautan di bawah ini. Sampai jumpa di Makassar!

Project Multatuli

Project M adalah gerakan jurnalisme publik yang melayani yang dipinggirkan dan mengawasi kekuasaan agar tidak ugal-ugalan. Langganan nawala kami untuk mendapatkan rekomendasi bacaan berbasis jurnalisme telaten. Dukung kami dengan menjadi Kawan M mulai dari Rp30 ribu per bulan.

Read more from Project Multatuli

Ekspansi Industri Bauksit di Bintan: Mengancam Penghidupan Suku Laut dan Pariwisata Rekomendasi dari Devina Heriyanto Seorang pria hendak menombak ikan yang terjebak air laut surut di perairan tercemar lumpur reklamasi PT Bintan Alumina Indonesia (BAI)/PSN KEK Galang Batang, Bintan yang tampak di latar belakang. (Project M/Andaru KZ) Bintan, Kepulauan Riau, cukup dikenal sebagai tujuan pariwisata berkat pantai pasir putih dan lanskap pesisirnya yang memukau. Pulau itu dan daerah sekitarnya...

Ironi jadi WNI: Tubuh politiknya diatur negara, sambil luntang-lantung tanpa perlindungan saat bekerja Rekomendasi dari Devina Heriyanto RUU KUHAP berpotensi melegitimasi kontrol represif negara atas tubuh masyarakat sipil melalui perluasan upaya paksa oleh kepolisian. Mengancam hak asasi manusia dan supremasi sipil. (Project M/Aan K. Riyadi) Pekan ini Project Multatuli menerbitkan tiga tulisan yang sekilas seperti tidak punya hubungan, tapi membuat saya berpikir soal ironi menjadi warga...

Mempertahankan martabat di tengah empasan kekalahan Catatan di balik layar dari Devina Heriyanto, Manajer Membership Tampak dari kejauhan pabrik pengolahan (smelter) nikel di Kawasan Industri Pulau Obi, Provinsi Maluku Utara. (Project M/Rabul Sawal) Pekan lalu, Project Multatuli mendapatkan penghargaan honorable mention dari SOPA Awards 2025 untuk kategori "Excellence in Indonesian News Reporting". Penghargaan ini diberikan atas liputan data Alfian Putra Abdi yang mengulik...