Pulau-pulau Sekecil Itu Berkelahi dengan Raksasa Tambang NikelRekomendasi dari Devina Heriyanto Ekspansi industri nikel mengancam masyarakat yang tinggal di pulau-pulau kecil di Sulawesi. Dengan luas sekitar 873 km², Pulau Kabaena di Sulawesi Tenggara termasuk dalam kategori pulau-pulau kecil yang dilindungi oleh UU No 1 tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Pulau kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km². Sesuai undang-undang tersebut, aktivitas pertambangan tidak boleh dilakukan di Pulau Kabaena. Namun, ruang hidup di Pulau Kabaena semakin terdampak oleh ekspansi pertambangan nikel. Saat ini ada 15 Izin Usaha Pertambangan (IUP) aktif yang tersebar di enam kecamatan di Pulau Kabaena. Suku Bajo di Pulau Kabaena, yang terkenal sebagai orang laut, terancam kehilangan cara hidup mereka. Limbah dan debu nikel memusnahkan budidaya rumput laut. Ikan pun sudah sulit ditemui di daerah tangkap pesisir laut yang terjangkau sampan. Akibatnya, nelayan suku Bajo terpaksa mencari ikan ke perairan lebih jauh dan dalam meski sampan mereka tidak memadai untuk itu. Editor foto Project Multatuli, Adrian Mulya, merekam kesulitan warga bertahan hidup di tengah kehancuran ekologis besar-besaran akibat pertambangan nikel di Pulau Kabaena.
Rabul Sawal, kontributor dari Pulau Halmahera, juga merekam perjuangan warga untuk bertahan hidup di Pulau Gebe. Pulau Gebe, Halmahera Tengah, Maluku Utara, menjadi korban rakusnya pengusaha nikel. Luasnya hanya berkisar 22 ribu hektare, setara Kota Bekasi. Kekayaan alam di pulau kecil itu perlahan habis dilahap tambang. Hutan seluas 1.065 ha hilang, sementara jumlah lahan konsesi nikel telah mencapai 3.209 ha. Warga menduga aktivitas penambangan telah merusak lahan perkebunan warga, termasuk kebun sagu yang menjadi sumber pangan warga, dan mencemari kawasan mangrove di perairan. Selain itu, warga Pulau Gebe harus menyiasati hidup sebab air dikotori tambang. Kondisi tata air di Pulau Gebe termasuk kategori rendah karena pulau ini termasuk pulau kecil yang banyak didominasi batu-batu karang. Tidak terdapat sungai besar dan gunung tinggi. Air untuk kebutuhan warga diperoleh dari sumur, sumber mata air hutan dan perbukitan seperti di Tanjung Ueboelie, dan dari telaga yang diambil oleh PDAM. Ironisnya, di tengah keterbatasan untuk mengakses air, lokasi mata air justru diokupasi pertambangan nikel. Mata air di Tanjung Ueboelie diakses terbatas dan tidak dikelola secara kolektif oleh warga. Dalam sebulan warga mesti mengeluarkan Rp840 ribu untuk kebutuhan air bersih saja.
Cerita ini mirip sekali dengan reportase kami sebelumnya dari Pulau Wawonii, Sulawesi Tenggara. Laporan Yuli Z. yang terbit pada Februari 2024 juga mengungkap kehancuran ekologis di Pulau Wawonii akibat aktivitas pertambangan nikel oleh PT Gema Kreasi Perdana, anak perusahaan Harita Group. Tanah yang biasa dipakai untuk kebun warga jadi galian tambang, air yang biasa dipakai warga untuk makan, minum, mencuci, dan sanitasi jadi keruh, bahkan merah seperti bumbu kacang, menurut pembaca kami. Akibatnya, warga menderita masalah kesehatan. Project Multatuli telah mengangkat berbagai dampak dari ekspansi industri nikel dalam serial #HilirisasiOligarki. Liputan kami di lapangan dan penelusuran data menemukan ambisi dalam ekspansi nikel hanya menguntungkan segelintir elite, serta lebih banyak mengesampingkan hak-hak masyarakat adat, penduduk lokal, hingga keselamatan pekerja. Dukung kami untuk terus menyajikan serial liputan yang melayani masyarakat terpinggirkan dan mengawasi kekuasaan agar tidak ugal-ugalan. |
Project M adalah gerakan jurnalisme publik yang melayani yang dipinggirkan dan mengawasi kekuasaan agar tidak ugal-ugalan. Langganan nawala kami untuk mendapatkan rekomendasi bacaan berbasis jurnalisme telaten. Dukung kami dengan menjadi Kawan M mulai dari Rp30 ribu per bulan.
Kriminalisasi Demonstran May Day 2025: Darurat Kekerasan Aparat & Revisi KUHAP Rekomendasi dari Project Multatuli Cho Yong Gi yang tergabung dalam tim paramedis dianiaya dan ditangkap polisi saat hendak menolong peserta aksi May Day 2025 di Jakarta yang menjadi korban kekerasan polisi. (Sumber: Istimewa) Pada aksi damai May Day 2025, 14 anak muda menjadi korban kekerasan dan kriminalisasi oleh polisi. Mereka dituduh sebagai provokator, ditangkap, dan hak mereka untuk mendapat pendampingan...
Ekspansi Industri Bauksit di Bintan: Mengancam Penghidupan Suku Laut dan Pariwisata Rekomendasi dari Devina Heriyanto Seorang pria hendak menombak ikan yang terjebak air laut surut di perairan tercemar lumpur reklamasi PT Bintan Alumina Indonesia (BAI)/PSN KEK Galang Batang, Bintan yang tampak di latar belakang. (Project M/Andaru KZ) Bintan, Kepulauan Riau, cukup dikenal sebagai tujuan pariwisata berkat pantai pasir putih dan lanskap pesisirnya yang memukau. Pulau itu dan daerah sekitarnya...
Ironi jadi WNI: Tubuh politiknya diatur negara, sambil luntang-lantung tanpa perlindungan saat bekerja Rekomendasi dari Devina Heriyanto RUU KUHAP berpotensi melegitimasi kontrol represif negara atas tubuh masyarakat sipil melalui perluasan upaya paksa oleh kepolisian. Mengancam hak asasi manusia dan supremasi sipil. (Project M/Aan K. Riyadi) Pekan ini Project Multatuli menerbitkan tiga tulisan yang sekilas seperti tidak punya hubungan, tapi membuat saya berpikir soal ironi menjadi warga...